Series Attack on Titan atau Shingeki no Kyojin telah menyelesaikan chapter akhirnya pada 8 April 2021 lalu. Walaupun dengan ending yang cukup kontroversial bagi beberapa fans, pujian dan rasa terimakasih berdatangan untuk Hajime Isayama sang kreator yang sudah menyelesaikan 11 tahun 7 bulan hidupnya untuk Attack on Titan.
Menyikapi Ending yang tidak bisa membuat senang semua fans, mari kita ulas mengapa Arc Terakhir Attack on Titan ini tidak cukup untuk membuat akhir cerita yang menutup Seri Manga yang telah berjalan dari tahun 2009 ini.
Rumbling Arc Sinopsis
Cerita ini dimulai saat Eren berhasil mengungguli Zeke dalam pengendalian Founding Titan di dunia Paths, Sepuluh juta Colossal Titan bergerak maju untuk meratakan seluruh penjuru bumi. Para Anggota Survey Corps yang tersisa (Hange, Levi, Mikasa, Armin, Connie, Jean), Prajurit Marley (Magath, Reiner, Annie, Pieck, Gabi, Falco), Pasukan Relawan Anti-Marley (Yelena & Onyankopon), Hizuru (Kiyomi) bekerja sama melawan Yeagerist dan berusaha membunuh Eren untuk menyelamatkan dunia dari ancaman Rumbling.
lalu apa yang membuat arc ini dicintai sekaligus mengecewakan beberapa fans ?
Best : Ironi, dan Harga untuk Kebebasan
Pada Chapter 130 sampai 134 kita diperlihatkan bagaimana kekuatan Rumbling Founding Titan Eren meratakan seluruh benua sampai pada benteng terakhir umat manusia.
Dibalik genosida masal itu kita diperlihatkan betapa Ironi dan indahnya karakter Eren Yeager dibentuk oleh Isayama, Eren yang menjadi monster ternyata sangat ingin Rumbling tidak pernah terjadi.
Namun dengan keadaan yang mendesak Paradis untuk melawan Pasukan Dunia dengan segala cara, Eren memilih untuk menerima perasaan bersalah yang berat untuk membunuh setidaknya 80% Populasi dunia luar.
Terutama pada chapter 131 pada panel “Freedom” diperlihatkan Eren kecil dengan mimpinya untuk mencapai kebebasan, namun mimpi masa kecil tentang kebebasan itu harus dibayar dengan genosida masal yang tidak bisa diterima.
Best : Pengkhianat vs Yeagerist
“Pengkhianatan” adalah salah satu tema utama dalam seri ini dan dikemas secara baik dalam perseteruan Yeagerist melawan para pembelot, Para karakter “baik” yang kita lihat dari 3 Season awal harus mengkhianati tanah air nya sendiri dan membunuh satu-satunya penyelamat mereka.
Para Survey Corps yang dari awal memang bertujuan menyelamatkan manusia, Para Warriors yang ingin menghentikan ancaman rumbling, para relawan yang ingin mengakhiri 2000 tahun tirani secara mengejutkan bisa bekerja sama.
Para Pahlawan ini menjadi indah karena masing-masing bukanlah manusia suci, namun para manusia yang penuh dengan rasa bersalah yang harus menyelamatkan dunia.
Best : Rantai kebencian yang abadi
Attack on Titan selalu berusaha mengambil pendekatan yang realistis dalam ceritanya dan itu dibuktikan pada ending chapter 139, Eren sebagai perwujudan iblis ternyata tidak cukup untuk membuat manusia belajar untuk berhenti berperang. Keputusan membunuh Eren harus dibayar mahal dengan kehancuran Pulau Paradis oleh dunia luar setelah beberapa tahun kedamaian.
Seri ini menggambarkan habits manusia yang selalu menjadi serigala bagi manusia lain, dan itu tergambar dengan baik pada chapter 139 yang terlihat realistis.
Worst : Cerita yang terburu-buru
Sayangnya pada arc ini alur cerita dirasa terlalu singkat tanpa pengembangan fondasi yang kokoh dan konklusi karakter yang dilempar begitu saja. Ada beberapa hal yang seharusnya dapat dijelaskan agar kesimpulan dari cerita bisa diterima.
Annie yang menjadi pembunuh survey corps pada season 1 secara cepat diterima oleh para anggota survey corps terutama Hange dan Levi tanpa alasan yang kuat, jika kita bedakan bagaimana bersalahnya Reiner saat bertemu Jean dan Zeke yang dicurigai ketika bergabung dengan sisi Eren.
Selain Annie, Jaw Titan bersayap Falco yang muncul secara tiba-tiba dirasa perlu tambahan screentime bagaimana kekuatannya bekerja.
Worst : Pondasi Sistem Kekuatan yang lemah dan kontradiktif
Pada season ke 3 Eren mendapatkan kekuatan Pengerasan dari botol yang bertuliskan Yoroi/Armor menunjukan kekuatan titan mampu terbagi walaupun bukan kekuatan aslinya, contoh Female Titan yang mampu melakukan berbagai kemampuan Titan lain.
Namun masalah mulai ketika Jaw Titan Falco mulai dikenalkan sebagai campuran Jaw Titan dan Beast Titan yang mampu terbang dan secara ajaib dia bermimpi tentang terbang diudara bagai burung. Konsep memori yang dikenalkan sebelumnya bahwa setiap Shifters bisa mengakses memori terdahulu jika di-trigger oleh suatu hal, seperti Shifter lain, Surat, Darah Raja.
Mimpi Falco hanya dijelaskan sebagai mimpi dari ingatan acak yang tiba-tiba muncul, hal ini seharusnya terjadi juga pada Shifters yang lain. Namun tidak terkonsep secara baik dalam arc ini.
Masalah dari Kekuatan yang muncul Tiba-tiba ini juga muncul pada chapter 137 ketika pembicaraan Armin dan Zeke, Armin yang tiba-tiba melihat daun terkubur dan Zeke secara ajaib mengendalikan Titan terdahulu tidak dijelaskan bahkan sampai akhir cerita.
Selain itu terdapat kontradiktif terhadap kekuatan Eren pada chapter 138 yang dimana ketika “Parasit” telah keluar dari tubuh Eren, seharusnya Eren tidak lagi mempunyai akses terhadap Founding Titan atau Paths. Namun ternyata ia mampu membentuk tubuh sebesar Colossal Titan bahkan masih mampu melakukan Pengerasan.
Worst : Plot Armor
Dengan kekuatan tiba-tiba yang digunakan Armin dan Zeke untuk mengalahkan para Titan terdahulu menjadikan pertempuran melawan Eren terlalu mudah dan menguntungkan pihak Aliansi tanpa berusaha menantang maut.
Jika kita bandingkan dengan pertempuran melawan Yeagerist dan Pertempuran Trost pada season 1, Aliansi mengalami kerusakan parah terutama pada Annie dan Reiner, sedangkan aspek keterbatasan gas pada Arc Trost menjadikan pertempuran lebih mematikan dan strategis.
Aspek — aspek yang terbangun pada arc sebelumnya seperti Limited Gas pada Trost, Sacrifice pada Return to Siganshina, Tactical battle pada Clash of Titans dan Female Titan seperti tidak ada dalam Pertempuran ini.
Worst : Perkembangan Ymir dan Eren
Karakter Ymir dan Eren pada War for Paradis arc terbangun sangat baik, Eren sebagai pencari kebebasan berusaha membebaskan Ymir dari perbudakan Fritz menjadikan Perkembangan karakter yang mulus.
Namun pada akhir chapter karakter Ymir yang terkekang oleh cintanya King Fritz terlihat terlalu dipaksakan untuk menghubungkan peran Mikasa di dalam menyelesaikan cerita.
Mikasa sendiri tidak pernah terlibat langsung dalam perseteruan Kerajaan, Paths, atau Founding Titan, satu satunya hal yang menghubungkan Mikasa dan Ymir adalah sakit kepala Mikasa yang selalu terjadi.
Hubungan yang lemah inilah yang menjadikan ending Attack on Titan terasa kurang kuat dan terburu-buru untuk tamat.
Sedangkan untuk perkembangan karakter Eren, ketimbang membicarakan kebebasan seperti apa yang menjadi tema utama dalam seri ini, Eren seperti kehilangan tujuan dan melupakan mimpi awalnya.
Sebagai seseorang yang mampu melihat masa depan, Eren seperti karakter yang mudah dibunuh oleh teman-temannya. Hal ini menjadi dilematik dimana Eren ingin Kebebasan sekaligus membuat temannya berumur panjang, Tema kebebasan seolah disingkirkan dan selesai pada chapter 131.